Surimi (擂り身), atau secara harfiah berarti
daging yang dilumatkan, adalah bahan makanan dari ikan yang
dihaluskan hingga membentuk seperti pasta. Bahan ini biasanya dikemas plastik
dan dalam keadaan beku, untuk kemudian dilelehkan dan diolah menjadi makanan
jadi.
Pasta
surimi di dalam mangkuk
Dengan sifatnya yang fleksibel
dan netral, surimi bisa dibentuk menjadi berbagai imitasi makanan laut. Karena
dibuat dari daging ikan yang bisa didapatkan dalam jumlah besar, crab stick imitasi yang dibuat dari
surimi bisa menjadi alternatif yang lebih murah dari lobster atau kepiting asli.
Selain itu, surimi juga cenderung memiliki hasil yang seragam, sehingga lebih
disukai dalam produksi massal kamoboko dibanding
daging ikan asli.
BAHAN BAKU
Secara teknis, seluruh ikan
bisa dibuat menjadi surimi. Namun biasanya surimi dibuat dari daging ikan yang
berwarna putih.[2]Di
seluruh dunia, ikan yang biasanya dipakai adalah Alaska
pollock, namun akibat penangkapan berlebihan, populasi ikan ini
telah jauh berkurang sehingga mulai banyak dikembangkan alternatif lain.[3]
Pengolahan surimi
melibatkan air, garam atau polifosfat (tergantung
jenis surimi yang dibuat), MSG, krioprotektan yang
melindungi protein dari denaturisasi, dan gula. Untuk memperbaiki sifat tidak
elastis dari beberapa jenis daging ikan, bisa pula terjadi penambahan protein
nabati atau jenis ikan lain seperti cumi-cumi. Sementara untuk daging ikan
tinggi lemak, dilakukan pencucian dengan NaHCO3
PROSES PEMBUATAN
Secara umum proses pembuatan
surimi adalah pencucian, penggilingan, pengemasan, dan pembekuan. Pembuatan
surimi dimulai dengan memisahkan daging ikan dari seluruh tulang dan kulit,
untuk kemudian digiling dan ditambahkan es batu untuk menjaga suhu adonan. Setelah
halus, adonan ini dicuci sehingga hanya proteinnya yang tersisa. Kemudian
sukrosa, garam atau polifosfat (tergantung
apakah ingin membuat surimi bebas garam atau tidak), kemudian dibungkus dan
dibekukan hingga suhu -33 derajat Celcius. Kemudian surimi disimpan di suhu -22
derajat Celcius.[4]
RASA
Surimi dalam bentuk pasta sebenarnya tidak memiliki rasa,
berwarna putih, kental, dan kenyal. Surimi yang baik biasanya tidak memiliki
bau berlebihan. Dalam pengolahan menjadi makanan laut tiruan, maka pewarna,
perasa dan aroma ditambahkan untuk bisa mendekati tiruannya
PENYIMPANAN
Surimi biasanya disimpan di suhu rendah, hingga -22 derajat
Celcius. Untuk menghindari danaturasi protein, biasanya telah ditambahkan
dengan gula atau sodium tripolifosfat. Bahan ini juga disimpan dalam kantong
plastik sebagai pelindung. Dengan dikemas beku, memudahkan dan mengefisienkan
proses transportasi. Saat surimi akan digunakan, dilakukan pelelehan.
Namun perubahan kualitas surimi tetap terjadi walaupun telah
dibekukan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh metode pembekuan, kestabilan suhu
saat penyimpanan, serta jenis cyroprotectant yang ditambahkan. Hal ini bisa
dilihat dari perubahan kekuatan gel, kemampuan daya ikat air, dan derajat putih
dari suatu surimi.
Berdasarkan SNI,
uji yang dilakukan untuk mengetahui kualitas surimi antara lain organoleptik,
cemaran mikroba, cemaran kimia, dan fisika. Selain itu, dikenal uji lipat, uji
gigit, dan texture analyzer untuk mengukur kualitas surimi
NUTRISI
Surimi sebenarnya hanya mengandung 40 hingga 45 persen daging
ikan[7] sehingga
walaupun mengandung kalori yang hampir sebanding dengan daging tuna, 99 kalori
per 100 gram penyajian, namun lebih sedikit protein, yaitu 15 persen dari berat
keseluruhan, lemak setara sekitar 1 persen dari berat, dan karbohidrat lebih
tinggi, 7 persen dari berat.[8]
Protein yang terdapat dalam daging ikan, bahan utama dari
surimi, adalah miofibril, sarkoplasma,
dan protein stroma.
Protein di dalam daging ikan didominasi oleh protein miofibrol yang terdiri
dari miosin, aktin dan aktomiosin.
Namun yang bertanggung jawab terhadap sifat mirip gel pada kamaboko adalah
protein miofibril. Sementara sisanya adalah protein stroma pembentuk jaringan
ikat yang terdiri dari kolagen dan elastin.[4]
Yang perlu diperhatikan adalah penambahan garam dalam proses
pembuatan beberapa jenis makanan laut tiruan, sehingga sebaiknya tidak
dikonsumsi berlebihan oleh yang mengalami masalah kesehatan, misalnya
hipertensi. Dalam keadaan ini, surimi bebas garam bisa menjadi alternatif.
PRODUK AKHIR
Dengan sifatnya yang netral dan
fleksibel, surimi bisa diolah menjadi berbagai macam produk akhir seperti gel
ikan (kamaboko), sosis ikan, crab stick, nugget ikan, ham ikan, dan lainnya.
Indonesia sebenarnya memiliki bentuk lain dari kamaboko, seperti mpek-mpek, otak-otak, dan bakso ikan.
VARIAN
Surimi juga bisa dibuat dari
daging sapi menjadi bola daging, yang di Indonesia dikenal dengan nama bakso.
Daging surimi juga bisa dicampur dengan tendon menjadi bakso urat. Bakso ini
bisa ditemui di masakan Cina, hot pot,
atau Vietnam, dalam bentuk Pho.
Surimi babi juga dikenal di
masakan Cina, dengan bahan baku daging babi. Namun jenis surimi ini jarang ditemui
di luar Cina, bahkan di Jepang dan negara barat. Surimi babi dibentuk menjadi
bola daging babi, atau gòng wán (貢丸),
yang lebih halus dan padat. Surimi babi juga bisa dicampur dengan tepung dan
air, untuk membuat "yèn pí" (燕皮)
yang sifatnya mirip dengan ikan.[9]
Varian lainnya adalah surimi
kalkun, yang dibuat menjadi burger, sosis, pastrami, dan salami kalkun
PRODUKSI SURIMI
Walaupun
aslinya berasal dari Jepang,
namun setelah tahun 2000, produsen terbesar di seluruh dunia adalah Amerika Serikat. Pada tahun
2010, posisi ini mulai terkejar oleh Cina, Vietnam,
dan Thailand.[11]
Indonesia,
dengan wilayah lautnya, juga ikut memproduksi surimi yang banyak dikonsumsi
oleh warga Malaysia, Singapura, dan kini sedang dikembangkan pasar ke Jepang dan Hongkong.
Kapasitas terpasang industri surimi Indonesia pada tahun 2008 adalah 16,5 ton.
DAMPAK LINGKUNGAN
Sebenarnya, jika dihasilkan dari daging ikan yang dipelihara,
bukan ditangkap dari alam liar, surimi membantu mengurangi dampak penangkapan kepiting
berlebihan serta menjadi pilihan yang lebih baik karena mengandung sedikit
merkuri. Namun kenyataannya, eksploitasi berlebihan telah mengancam populasi
Alaska pollock yang mendominasi 50 persen bahan baku surimi di seluruh dunia.
Penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1970an telah memperlihatkan telah
jauh berkurangnya ikan ini di perairan.[3]
Usaha menangkap Alaska pollock dalam jumlah berlebihan juga membuat
salmon, yang hidup di habitat yang sama, ikut terganggu. Pemangsa alami ikan
ini, seperti anjing laut dan singa laut juga terpengaruh.[12]
Di Indonesia, surimi masih memanfaatkan ikan tangkapan. Namun
mulai dikembangkan pula surimi dari ikan peliharaan serta ikan air tawar. Namun
hal ini lebih kepada upaya agar pasokan ikan bagi industri surimi bisa stabil.
silahkan langsung saja bermain bersama kami di Arenadomino(com) ditunggu kehadiran anda semua hadiah nyata menanti anda semua silahkan.. WA +855 96 4967353
BalasHapus