RIGOR MORTIS
.
Fase rigor mortis yaitu fase dimana tubuh ikan menjadi
kaku ( kejangnya ) tubuh ikan setelah ikan mati. Mengejangnya tubuh ikan
setelah mati di akibatkkan oleh proses biokimia yang kompleks dalam jaringan
tubuh yang mengakibatkan konsentrasi dengan ketegangan. Rigor mortis di
sebabkan oleh otot-otot daging bergaris melintang serta jaringan ikatannya yang
berkonsentrasi.
Sebelum mengalami rigor mortis, ikan mengalami fase
pre-rigor. Proses pre-rigor di pengaruhi oleh:
1. Daerah
tangkap
2. Cara
penangkapan
3. Feedy
4. Umur
Rigor mortis bukan merupakan fenomena yang khas
baggi manusia, karena hewan yang invertebrata dan vertebrata juga mengalami
rigor mortis. Louise pada tahun 1752 adalah orang yang pertama kali menyatakan
rigor mortis sebagai tanda kematian. Lebih spesifik lagi Kusmaul menyatakan
bahwa rigor mortis adalah tanda terjadinya kematian otot yang sesungguhnya.
Kemudian Nysten tahun 1811 adalah orang yang melengkapi penemuan pertama
dari rigor mortis ini.
Setelah terjadinnya kematian segera akan di ikuti oleh
relaksasi muskuler secara total yang di kenal dengan prymary muscular
flaccidity, pada saat ini sel dan jaringan otot masih hidup dan masiih
menunjukkan reaksi pengerutan bila mendapat rangsangan mekanis atau listrik.
Keadaan seperti ini disebut reaksi
supravital, yaitu suatu keadaan pada mayat yang masih dapat
menghasilkan gambaran intravital. Dengan berlalunya waktu
reaksi supravital akan berkurang, karena makin banyak otot yang mati. Umumnya
reaksi supravital berlangsung sangat singkat, antara 3 – 6 jam setelah
kematian (rata-rata 2 – 3 jam) Walaupun demikian reaksi yang jelas adalah 1 –
2 jam pertama setelah kematian.
Bersamaan dengan menghilangnya reaksi supravital, rigor
mortis muncul secara serentak pada semua otot volunter dan otot involunter.
Rigor mortis pada otot kerangka sesungguhnya terjadi secara simultan pada semua
otot, tetapi biasanya lebih nyata dan mudah diamati pada otot-otot kecil ,
sehingga sering dikatakan bahwa rigor mortis muncul dari otot-otot kecil
berturut-turut ke otot yang lebih besar dan menyebar dari atas kebawah.
Shapiro pada tahun 1950 menganggap bahwa secara
tradisional rigor mortis yang terjadi mulai dari atas ke bawah perlu direvisi,
dia juga bahwa proses rigor mortis adalah proses phsyco-chemical yang
terjadi secara spontan mempengaruhi semua otot sehingga tidak terjadi dari atas
kebawah tetapi satu keseluruhan yang melibatkan sendi-sendi beserta
otot-ototnya. (polson)
Krompecher dan Fryc pada tahun 1978 menemukan dalam
penelitiannya bahwa rigor mortis yang terjadi pada otot besar dan kecil
menunjukan waktu yang sama dalam hal munculnya yaitu maksimal 4½ jam, dan
menetap selama 2 jam dan kemudian terjadi resolusi sempurna. Hal ini
membuktikan bahwa rigor mortis terjadi secara simultan pada semua otot,
sedangkan urutan rigor mortis hanyalah urutan intensitas rigor mortis yang
terukur pada pemeriksaan manual yang kasar.
PERUBAHAN BIOKIMIA IKAN SETELAH MATI
Pada saat ikan di tangkap ikan tidak langsung mati,
walaupun keadaan ikan tersebut masih dalam tinggkat keadaan segar yang
maksimal, tetapi biasanya tidak langsung di konsumsi. Karena pada kenyataannya
ikan dengan kesegaran yang maksimal setelah di masak rasanya kurang enak jika
di makan di bandingkan dengan ikan yang telah beberapa saat mati baru di masak.
Hal ini ada hubungannya dengan perubahan-perubahan biokimia yang terjadi dallam
daging ikan.
TAHAP-TAHAP PERUBAHAN BIOKIMIA
Ikan akan mati jika kekurangan oksigeenn atau udara. Ikan
tidak dapat hidup pada udara terbuka dalam waktu yang terlalu lama. Jika ikan
mati sirkulasi darahnya berhenti dan sebagai akibatnya dapat mempengaruhi
proses-proses biokimia yang terdapat pada tubuh ikan. Setelah ikan mati
peerubahan-perubahan biokimia berlangsung. Dan selanjutnya dengan perubahan fisikawi
pada dagingnya. Perubahan ini berlangsung terus menerus sampai pada suatu saat
mula-mula ikan akan meenjadi bahan pangan yang enak dan layak untuk di
konsumsi, tetapi setelah itu rasa enaknya berkurang dan menurun karena terus di
ikuti dengan perubahan fisik pada daging ikan yyang semakin menjadi nyata,
yaitu semakin berair dan pada ahirnya ikan akan membusuk.
Menurut Hadiwiyoto ( 1993 ) perubahan-perubahan sejak
ikan mati sampai menjadi busuk dapat di klasifikasikan menjadi tiga tahap :
1. Pada
tahap pertama adalah perubahan biokimia yang terjadi sebelum ikan mati menjadi
kaku ( Keras ). Pada saat ini yang paling banyak mengalami perubahan adalah
pembongkaran ATP dan kreatin fospat yang akan menghasilkan tenaga. Glikogen
juga akan mengalami pembongkaran menjadi asam laktat melalui proses glikolisa
menyebabkan keadaan daging menjadi asam sehingga akktifitas enzim ATP-ase dan
kreatinfosfokinase meningkat.
2. Tahap
kedua setelah itu daging akan menjadi lebih keras dari pada keadaan sebelumnya.
Pada saat ini terjadi penggabungan protein aktin dan protein miosin menjadi
protein komplek akto miosin.
3. Pada
tahap selanjutnya daging ikan akan kembali menjadi lunak secara perlahan-lahan,
sehingga secara organoleptik akan meningkatkan derajat peenerimaan konsumen
sampai pada suatu tingkat optimal. Lamanya untuk mencapai optimal derajat
penerimaan konsumen tersebut dapat bervariasi tergantung pada jenis ikan dan
suhu lingkungan. Tetapi pada umumnya hal ini berlangsung singkat karena bakteri
segera berkembang dan hanya dapat di tunda dengan proses pendinginan dan
pembekuan.
Penyuluh
Perikanan PPN Karangantu
Silvia
Dewi S.St.Pi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar