Selasa, 24 November 2015

PEMBESARAN IKAN KERAPU TIKUS DI KJA

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai sumber daya laut yangmelimpah. Dengan panjang garis pantai 81.000 km, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk pengembangan budidaya laut. Upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimal dan lestari merupakan tuntutan yang sangat mendesak bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan/petani ikan, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan ekspor untuk menghasilkan devisa negara.

Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan harga jual berkisar Rp. 300.000 – Rp. 400.000/kg di pasar lokal. Di Hongkong dan Singapura bisa berkisar US$ 50-100 per kg. Pasar ekspor ikan kerapu tikus Indonesia adalah Jepang, Taiwan, malaysia, Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa.

Permintaan terhadap ikan Kerapu Tikus yang tinggi mendorong para nelayan untuk melakukan penangkapan, sehingga mengakibatkan eksploitasi ikan ini sering dilakukan tanpa memperhatikan lingkungan yaitu dengan menggunakan bahan peledak atau potasium. Cara demikian jelas sangat membahayakan populasi ikan yang ada karena terumbu karang sebagai rumah bagi ikan rusak dan pemulihannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

Guna menyelamatkan dan mendayagunakan sumber kekayaan alam, maka pengembangan  budidaya ikan kerapu tikus  dilakukan secara serius dan usaha pembesarannya dilakukan dengan menggunakan keramba jaring apung di laut diharapkan dapat menjadi prioritas utama dalam memenuhi permintaan pasar, karena selain memiliki harga jual yang tinggi juga peluang membudidayakannya masih terbuka luas.
Menurut Aji et al., (1989) dan Ahmad Aji et al., (1991) Indonesia yang memiliki potensi areal untuk budidaya laut sekitar 81.000 km2 tersebut, bila 30% dari potensi yang ada dimanfaatkan secara optimal untuk budidaya laut khususnya ikan Kerapu, maka kebutuhan benih kerapu diperkirakan paling sedikit 5 milyar ekor per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan benih tersebut dalam jumlah dan ukuran yang dikehendaki untuk budidaya di keramba jaring apung, perlu penguasaan teknik pembesarannya.

1.1.        Klasifikasi Ikan Kerapu Tikus
Menurut Randall (1987) dalam Sutarmat.dkk (2003), taksonomi ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) termasuk Phyllum : Chordata; Suphyllum :  Vertebrata; Class : Osteichyes; Subclass : Actinopterigi; Ordo : Percomophi; Subordo : Percoidea; Family : Serranidae; Sub Family : Epinephihelinae;  Species : Cromileptes altivelis

1.2.        Penyebaran dan Habitat
Ikan Kerapu Tikus  tersebar luas di Pasifik Barat mulai dari bagian Selatan Jepang, Guam, Nicobar sampai Broome. Di Indonesia ikan Kerapu Tikus banyak ditemukan di wilayah perairan teluk banten, ujung Kulon, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimun, Jawa, Madura, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.

Ikan Kerapu Tikus  banyak dijumpai di perairan batu karang atau daerah karang berlumpur, hidup pada kedalaman 40-60 meter. Dalam siklus hidupnya ikan muda dan larva hidup di dasar perairan berupa pasir karang yang banyak ditumbuhi padang lamun dengan kedalaman 0,5-3 meter, menginjak dewasa ikan ini bermigrasi menuju perairan yang lebih dalam yang biasanya berpindah pada siang dan senja hari. Telur dan larva bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal.

Menurut Breet dan Groves (1979, ikan Kerapu bersifat stenohaline yaitu mempunyai kemampuan beradaptasi dengan lingkungan perairan berkadar garam rendah. Disamping itu ikan ini juga bersifat nocturnal, yaitu bersembunyi di liang-liang karang pada siang hari dan aktif bergerak pada malam hari.

1.3.        Siklus Reproduksi
Kerapu Tikus bersifat hemaprodit protogini, yaitu pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah menjadi jantan apabila tumbuh menjadi lebih besar atau bertambah tua umurnya. Induk ikan Kerapu Tikus yang di tangkap dialam berukuran kecil dan umurnya berjenis kelamin betina. Induk akan mengalami kematangan kelamin sepanjang tahun. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, telur ikan Kerapu bebek dan macan berbentuk bulat tanpa kerutan, cenderung bergerombol pada kondisi tanpa aerasi, kuning telurnya tersebar merata. Telur transparan dengan diameter sekitar 850 mikron dan tidak mempunyai rongga telur.

Panjang larva yang baru menetas 2,068 mm. Pembentukan sirip punggung mulai terjadi pada hari pertama. Hari kedua sirip dada mulai terbentuk dan jaringan usus berkembang sampai ke anus. Hari ketiga mulai terjadi pigmentasi saluran pencernaan bagian atas dan mulut mulai membuka. Hari keempat kuning telur sudah habis terabsorpsi. Periode perkembangan larva kerapu tikus sampai pada tahap metamorfosis penuh membutuhkan waktu 35-40 hari.

1.4.        Pertumbuhan Ikan
Menurut Effendi (1978) dalam Veni Darmawiyanti.dkk (2003), menyatakan bahwa pertumbuhan meliputi pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak yaitu pertumbuhan panjang atau bobot yang dicapai dalam satu periode waktu tertentu, sedangkan pertumbuhan relatif adalah panjang atau bobot yang dicapai dalam satu periode waktu tertentu dihubungkan dengan panjang atau bobot ikan pada awal periode tersebut.

Menurut Huet (1971) dalam Veni Darmawiyanti.dkk (2003), Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal (sifat genetik, umur, jenis kelamin, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan pakan buatan) dan faktor eksternal (suhu, pakan, oksigen terlarut, dan pH air). Faktor eksternal yang sangat berpengaruh adalah suhu dan pakan. Selanjutnya setiap faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ikan selalu diasosiasikan dengan suatu sindrom perubahan fisiologis.

1.5.        Pakan dan Kebiasaan Makan
Menurut Kompiang (1996) dalam Veni Darmawiyanti.dkk (2003), pakan adalah salah satu faktor biologis yang sangat penting bagi ikan. Ketersediaan pakan merupakan salah satu persyaratan mutlak bagi berhasilnya usaha budidaya ikan. Sebagaimana diketahui, semua makhluk hidup memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Pada garis besarnya pakan merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

Menurut Randall (1987), berdasarkan kebiasaan makannya ikan kerapu menempati struktur tropik teratas dalam piramida rantai makanan  dan salah satu sifat buruk dari ikan kerapu adalah sifat kanibal tapi pada ikan kerapu tikus sifat kanibal tidak seburuk pada ikan kerapu macan dan ikan kerapu lumpur.

Menurut Syamsul Akbar (2000), Ikan Kerapu adalah jenis ikan buas (karnivora). Sifat kanibalnya muncul apabila kekurangan pakan, terutama terlihat pada ikan kerapu stadia awal. Dari pengamatan isi perut ikan kerapu kecil diketahui kandungan di dalamnya didominasi oleh golongan krustacea (uang-udangan dan kepiting) sebanyak 83% dan ikan-ikanan sebesar 17%. Namun semakin besar ukran ikan kerapu, komposisi isi perutnya cenderung didominasi oleh ikan-ikanan. Jenis udang krosok (Parapeneus sp.), udang dogol (Metapenaeus sp.), dan udang jerbung (Penaeus merguiensis). Sementara dari kelompok ikan-ikanan yang ditemui pada umumnya adalah ikan teri (Stelopterus sp.), beronang (Sinagus sp.), tembang (Sardinella sp.), belanak (Mugil sp.), jenaha (Luthanus sp.), dan cumi-cumi (Loligo sp.) dalam jumlah kecil.

1.2.        Pemilihan Lokasi Budidaya
Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pembesaran ikan kerapu adalah pemilihan lokasi yang tepat. Keberadaan lokasi banyak mengandung resiko, bermasalah dan tidak memenuhi persyaratan ekologis hendaknya dihindari, karena akan menjadi faktor pembatas. Lokasi yang memenuhi persyaratan secara teknis, merupakan aset yang tidak ternilai harganya karena mampu mendukung kesinambungan usaha dan target produksi. Faktor pemilihan lokasi yang tepat meliputi dua faktor, yaitu persyaratan umum dan persyaratan kualitas air.

1.2.1.    Persyaratan Umum
Adapun faktor persyaratan umum yang harus ketahui dalam pemilihan lokasi budidaya antara lain :

v  Terlindung dari angin dan gelombang
Perairan yang dipilih harus bebas dari hempasan gelombang besar dan angin yang kuat. Karena perairan terbuka dapat merusak konstruksi sarana pembesaran (rakit) dan dapat mengganggu aktifitas budidaya. Tinggi gelombang untuk pembesaran kerapu tidak boleh 0,5 meter baik pada musim barat maupun timur.

v  Kedalaman perairan
Kedalaman yang ideal adalah 15-30 meter. Kedalaman pada surut terendah (>5 meter) untuk menghindari pengaruh kualitas air dari sisa kotoran ikan yang membusuk dan sering terjadi serangan ikan buntal yang merusak jaring. Sebaliknya kedalaman >30 meter membutuhkan tali jangkar yang terlalu panjang.

v  Dasar perairan
Sehubungan dengan habitat asli ikan kerapu adalah daerah berkarang dan dasar perpasir maka dasar perairan yang ideal dipilih untuk lokasi keramba jaring apung adalah perairan yang berkarang dan berpasir putih.

v  Jauh dari limbah pencemaran
Limbah rumah tangga dapat menyebabkan tingginya konsentrasi bakteri di perairan. Limbah buangan industri bisa menyebabkan tingginya konsentrasi logam berat sedangkan limbah buangan tambak dapat meningkatkan kesuburan perairan yang menyebabkan suburnya pertumbuhan organisme penempel seperti teritip dan kekerangan lainnya yang dapat merusak jaring.

v  Tidak ada alur pelayaran
Lokasi yang dekat atau berada di alur pelayaran tidak hanya menggangu pelayaran, akibat suara mesin motor atau perahu yang lalu lalang juga gelombang dan pusaran air yang ditimbulkannya juga dapat mengganggu ikan peliharaan.

v  Tersedia sumber pakan
Hal ini cukup penting karena pakan merupakan kunci pembesaran ikan kerapu bebek dan macan. Lokasi dekat dengan daerah penangkapan ikan menggunakan lifnet atau bagan bisa dijadikan pilihan karena akan mudah mendapatkan pakan berupa ikan segar dan murah. Selain itu daerah yang dekat dengan tempat pelelangan ikan pun akan menjamin kontinuitas pengadaan ikan rucah.

 v  Dekat dengan sarana dan prasarana transportasi
Tersedianya sarana dan prasarana berupa jalan darat menuju lokasi merupakan lokasi yang baik karena memudahkan transportasi benih dan hasil panen.

v  Keamanan
Keamanan merupakan faktor penting seperti kekhawatiran akan pencurian yang bisa mengakibatkan kerugian.

1.2.2.    Persyaratan kualitas air
Adapun faktor persyaratan kualitas air yang harus ketahui dalam pemilihan lokasi budidaya antara lain :

v  Kualitas fisik air
Dimaksud dengan kualitas fisik air antara lain adalah kecepatan arus dan kecerahan air.

-       Kecepatan arus
Kecepatan arus ideal untuk pembesaran ikan kerapu antara 15-30 cm/detik. Kecepatan arus >30 cm/detik dapat mempengaruhi posisi jaring dan sistem penjangkaran. Kuatnya arus dapat menggeser posisi rakit, sebaliknya arus yang terlalu kecil dapat mengurangi pertukaran air keluar masuk jaring dan berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen dalam wadah pemeliharaan, serta mudahnya penyakit terutama parasit menyerang ikan pemeliharaan. Aliran arus harus mampu mengalirkan buangan sisa pakan dan limbah keluar daari areal pembudidayaan secara periodik dan terjadi pengenceran secara alami.


-       Kecerahan
Perairan yang tingkat kecerahannya sangat tinggi bahkan sampai tembus dasar merupakan indikator lokasi yang baik untuk pembesaran. Sebaliknya dengan tingkat kecerahan yang rendah menandakan tingkat bahan organik terlarut sangat tinggi. Perairan ini dikategoorikan cukup subur dan tidak baik untuk pembesaran karena kondisi tersebut menyebabkan cepatnya perkebangan organisme penempel seperti lumut, cacing, kekerangan. Kecerahan perairan yang cocok untuk pembesaran kerapu adalah >2 meter.

v  Kualitas kimia air
Untuk mengetahui kualitas  kimia air ada beberapa hal parameter yang perlu diketahui antara lain :
-       Salinitas/kadar garam
Salinitas yang ideal untuk pembesaran adalah 30-33 ppt. Lokasi yang berdekatan dengan muara tidak dianjurkan karena salinitasnya sangat berfluaktuasi, hal ini dipengaruhi oleh masuknya air tawar dari sungai. Salinitas yang berfluktuasi bisa mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan.

-       Suhu
Suhu optimum untuk pertumbuhan ikan adalah 27-32O C. Perairan laut mempunyai kecenderungan bersuhu konstan.

-       Konsentrasi Ion Hidrogen (pH)
Ikan kerapu sangat baik pertumbuhannya pada pH normal air laut yaitu 7,8-8,2. Perairan dengan pH rendah mengakibatkan aktifitas tubuh menurun dan kondisi ikan menjadi lemah sehingga mudah terkena infeksi yang bisa mengakibatkan mortalitas tinggi. Ikan diketahui mempunyai toleransi pada pH antara 4,0-11,0.

-       Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut sangat dibutuhkan bagi kehidupan ikan. Konsentrasi oksigen dalam air dapat mempengaruhi pertumbuhan, konversi pakan dan mengurangi daya dukung perairan. Kerapu bebek dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dengan konsentrasi DO lebih dari 4,8 ppm.

1.6.        Sarana dan Prasarana
Dalam usaha pembesaran ikan Kerapu, sarana dan prasrana untuk menunjang keberhasilan usaha mutlak perlu diadakan. Ada beberapa bentuk Keramba Jaring Apung yang bisa digunakan untuk budidaya antara lain keramba berbentuk empat persegi dan bulat lingkaran. Ukurannya pun bervariasi ada yang berukuran 5 x 5 meter, 5 x 8 meter dan 8 x 8 meter. Sedangkan keramba berbentuk lingkaran bisa terbuat dari bahan pipa galvanis dengan ukuran diameter 5 meter sampai dengan 15 meter. Keramba berbentuk lingkaran umumnya digunakan di negara Jepang dan Eropa. Di Indonesia bentuk dan ukuran keramba yang umum digunakan adalah berbentuk persegi dengan ukuran 8 x 8 meter yang terdiri dari 4 kotak dengan ukuran 3,2 x 3,2 meter untuk masing-masing kotaknya .

1.6.1.    Sarana Pokok
1.6.1.1.        Rakit
Rakit adalah bingkai atau frame yang dilengkapi dengan pelampung untuk tempat mengikatkan waring dan jaring. Rakit dapat dibuat dari bambu, kayu, pipa galvanis ataupun dari paralon, tapi yang biasa digunakan adalah bambu atau kayu.

1.6.1.2.        Waring
Waring adalah kantong pemeliharaan yang umumnya digunakan untuk pemeliharaan ikan kerapu bebek fase awal atau pendederan. Waring pun sering disebut hapa atau jaring bagan. Waring terbuat dari bahan polyetheline berwarna hitam dengan ukuran mata waring 4 mm. Ukuran kantong waring 1m x 1m x 2m.

1.6.1.3.        Jaring
Terbuat dari beberapa jenis jaring, jaring polyetheline lebih sering digunakan. Kantong jaring digunakan untuk pemeliharaan ikan kerapu bebek fase gelondongan dan pembesaran. Kantong untuk pembesaran berukuran 3m x 3m x 3m dengan mata jaring 1-1,25 inci. Jumlah helai benang dalam pemintalan jaring untuk pembesaran adalah 21 (D 21).

1.6.2.    Sarana Penunjang
1.6.2.1.        Perahu
Perahu atau motor tempel diperlukan sebagai alat transportasi untuk melakukan semua kegiatan pembesaran, misalnya membeli pakan, mengganti jaring, memperbaiki rakit, membawa jaring kotor dan bersih dan lain-lain.

1.6.2.2.        Freezer
Freezer digunakan untuk mempertahankan kesegaran pakan ikan rucah dan untuk menyimpan stok pakan.


1.6.2.3.        Mesin penyemprot jaring
Mesin ini sangat efektif dan membantu dalam mempercepat pembersihan jaring sehingga penggantian jaring yang kotor selama pemeliharaan bisa cepat diganti.

1.6.2.4.        Sarana kerja lapangan
Sarana kerja lapangan meliputi peralatan sampling yang terdiri dari timbangan, penggaris, skopnet, ember, gayung dan aerator. Timbangan digunakan dalammelakukan penyamplingan berat ikan yang dipelihara  dan juga untuk menentukan dosis atau jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan. Skopnet harus ada karena sangat membantu kerja pada saat seleksi atau grading ikan serta pada saat penggatian jaaring dan pemanenan ikan.

1.6.2.5.        Aerator
Aerator adalah alat penambah oksigen. Aerator digunakan pada saat melakukan pengobatan ikan yang terserang penyakit. Aerator untuk pengobatan umumnya dengan tenaga baterai karena lebih fleksibel dan bisa dibawa kemana-mana.

1.6.3.    Prasarana
Prasarana meliputi tersedianya jalan guna memperlancar transportasi darat. Tersedianya listrik baik dari PLN ataupun generator listrik (genset) yang berguna untuk penerangan malam hari dan menghidupkan aerasi selama penyemplingan. Tersedianya sumber air tawar untuk kebutuhan pekerja dan mengobati ikan sakit. Tersedianya telepon atau peralatan komunikasinya lainnya (CB 2m Band) untuk memudahkan komunikasi seperti transaksi pengadaan benih, penjualan hasil panen serta memonitor harga benih dan harga jual ikan konsumsi.

1.7.        Kualitas Benih
Benih yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan kerapu bebek di KJA dapat berasal dari tangkapan alam maupun dari pembenihan. Beberapa kriteria kualitas benih dalam pembesaran ikan kerapu bebek antara lain :
·         Ukuran 50-70 gram dengan panjang 15-17 cm atau telah di pelihara 6 bulan dari lepas pembenihan (7-9 cm)
·         Warna tubuh : abu-abu kecoklatan
·         Bentuk tubuh : anggota tubuh lengkap, tidak cacat dan tidak nampak kelainan bentuk tubuh, sehat serta bebas penyakit
·         Gerakan/perilaku : aktif, lincah, dan bergerombolan
·         Respon terhadap pakan : aktif sangat responsif

1.8.        Perawatan jaring
Perawatan dan pengontrolan waring/jaring selama masa pembesaran mutlak dilakukan. Waring/jaring yang kotor dapat menghambat pertukaran air dan oksigen dan menghambat pertumbuhan dan menimbulkan penyakit pada ikan peliharaan. Penggantian waring/jaring yang kotor dengan yang bersih dilakukan minimal 3 minggu sekali. Waring/jaring yang kotor dijemur sampai  kering lalu dicuci dengan cara disemprot air. Setelah bersih dijemur kembali sampai kering, sebelum digunakan waring/jaring dikontrol kembali apakah ada yang rusak atau putus.

1.9.        Hama dan Penyakit
Salah satu kendala yang sering dihadapi pada kegiatan budidaya kerapu tikus di KJA adalah penyakit. Pemicu terjadinya serangan penyakit antara lain adanya ketidakseimbangan antara daya dukung lingkungan dengan kuantitas produksi dalam satu area budidaya (interaksi tidak seimbang antara ikan, patogen dan lingkungannya). Penyakit yang sering disebabkan oleh parasit dan bakteri.

1.9.1.         Penyakit akibat serangan parasit

·         Monogenia
Monogenia adalah parasit sejenis kutu ikan dari golongan crustacea. Ukurannya mencapai 2-3 mm. Biasanya menyerang dengan cara menempel dipermukaan tubuh ikan, terutama pada kulit dan sirip. Dalam keadaan hidup warnanya transparan sehingga nampak dengan mata telanjang. Bila terserang ikan bisa mati karena parasit ini menghisap darah. Penyebarannya melalui perairan di sekitar lokasi pemeliharaan. Gejala serangan adalah luka pada tubuh, berenang lambat, cenderung memisahkan diri dari kelompoknya, nafsu makan menurun, sisikmudah lepas, insang merah pucat, sering menggesekkan tubuhnya kejaring dan berenang miring.

·         Trematoda
Trematooda adalah cacing putih, jenis yang sering menyerang ikan kerapu tikus adalah Diplectinum spBiasanya menyerang insang, hati dan mata. Penyebaran bisa melalui pakan dan lingkungan. Gejala ikan yang terserang antara lain nafsu makan menurun, warna tubuh dan insang pucat, lendir di permukaan tubuh banyak, berenang di permukaan air serta megap-megap dengan tutup insang terbuka. Umumnya seangan cacing ini bersamaan dengan serangan penyakit vibrosis.

1.9.2.         Penyakit akibat serangan bakteri
Jenis bakteri yang menyebabkan kematian terbesar pada kegiatan pembesaran adalah Vibrio sp. Bakteri ini biasanya bertindak sebagai patogen sekunder yang timbul aakibat infeksi primer protozoa. Penyakit yang  ditimbulkan akibat serangan ini adalah penyakit merah. Gejala ikan yang terserang penyakit ini adalah nafsu makan berkurang, lesu, ada pembusukan pada sirip (fin rot), mata menonjol (popaye), terjadi pengumpulan cair pada perut (perut kembung), serta teedapat radang berwarna merah pada bagian anus.

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Tolong yang punya stok kerapu tikus up400... Khusus untuk jawa harga nego

    BalasHapus
  3. Tolong yang punya stok kerapu tikus up400... Khusus untuk jawa harga nego 081231472881

    BalasHapus

    BalasHapus