Budidaya
Ikan Lele
Budidaya ikan lele secara intensif memang sangat menguntungkan, karena ikan lele
masih sanggup hidup dengan padat tebar yang tinggi, yang bahkan memiliki
tingkat konversi pakan menjadi bobot tubuh.
Segmen pembenihan, bertujuan menghasilkan benih ikan lele,
sedangkan pembesaran tujuannya menghasilkn ikan lele siap konsumsi.
Tahap-tahap pembesaran
budidaya ikan lele
PEMBESARAN
1. Persiapan
kolam
Dalam kegiatan budidaya ada tiga tipe
persiapan wadah budidaya, hanya saja bisa disesuaikan dengan kondisi
lingkungan, jumlah tenaga kerja dan sumber dana yang ada. Tipe-tipe wadah
budidaya yaitu, kolam tanah, kolam terpal, kolam semen, keramba jarring apung.
Kali ini akan membahas wadah budidaya kolam
tanah. Tahap pengelolaannya sebagai berikut:
a. Pengeringan dan pengolahan tanah
Sebelum
benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih dahulu. Lama
pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar matahari.
Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak, kolam bisa dianggap
sudah cukup kering.
Pengeringan kolam bertujuan untuk memutus keberadaan
mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut
bisa bekembang dari periode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan
dan penjemuran, sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati.
Setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan
cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan
membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah.
Bersamaan dengan proses
pembajakan, angkat lapisan lumpur hitam yang terdapat di dasar kolam.
Lumpur tersebut biasanya berbau busuk karena menyimpan gas-gas beracun seperti
amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan
yang tidak dimakan ikan.
b.
Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran
berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas
mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau kapur
tohor.
Pengapuran
dilakukan dengan cara ditebar secara merata di permukaan dasar kolam. Setelah
ditebari kapur, balik tanah agar kapur meresap ke bagian dalam. Dosis yang
diperlukan untuk pengapuran adalah 250-750 gram per meter persegi, atau
tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah semakin banyak kapur
yang dibutuhkan.
Langkah
selanjutnya adalah pemupukan. Gunakan paduan pupuk organikditambah
urea dan TSP. Jenis pupuk organik yang dianjurkan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi.
Sedangkan pupuk kimianya adalah urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10
gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan
nutrisi bagi biota air seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna
untuk makanan alami ikan lele.
c. Pengaturan Air Kolam
Ketinggian
air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian kolam
dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air sampai batas
30-40 cm. Biarkan kolam tersinari matahari selama satu minggu.
Dengan kedalaman seperti itu, sinar matahari masih bisa tembus
hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton
tumbuh dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton berwarna
kehijauan.
Setelah satu minggu, benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya,
air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai
pada ketinggian ideal.
2. Pemilihan Benih Ikan
a.
Syarat
benih unggul
Benih
yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Ciri-ciri benih yang sehat
gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas
dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal. Untuk menguji gerakannya,
tempatkan ikan pada arus air. Jika ikan tersebut menantang arah arus air dan
bisa bertahan berarti gerakan renangnya baik.
Ukuran benih untuk budidaya ikan lele biasanya memiliki
panjang sekitar 5-7 cm. Usahakan ukurannya rata agar ikan bisa tumbuh dan
berkembang serempak. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan
2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per
kilogram.
b.
Cara
Menebar Benih
Sebelum
benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terlebih dahulu. Caranya, masukan
benih dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan selama 15 menit
agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu kolam sebagai lingkungan
barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini
bermanfaat mencegah stres pada benih.
Tebarkan benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400
ekor per meter persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah
benih yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat
benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan air
untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya disesuaikan
dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang ideal.
3.
Pengelolaan Pakan
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam
budidaya ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan
ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih
kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan daging.
Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan.
a.
Pemberian
pakan utama
Sebagai
ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung protein hewani. Secara
umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal 30%),
lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral.
Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi
dengan keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih mana
yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan kadaluarsa.
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum
setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya,
ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot
tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan
sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen,
persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan
ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang
masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang, sore
dan malam hari.
Ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari.
Pertimbangkan pemberian pakan lebih banyak pada sore dan malam hari. Si pemberi
pakan harus jeli melihat reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif
menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk
menyantapnya.
b. Pemberian Pakan Tambahan
Selain pakan utama, bisa
dipertimbangkan juga untuk memberi pakan tambahan. Pemberian pakan tambahan
sangat menolong menghemat biaya pengeluaran pakan yang menguras kantong.
Apabila
kolam kita dekat dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan
rucah segar. Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak layak
dikonsumsi manusia karena ukuran atau cacat dalam penangkapannya. Bisa juga
dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu.
Keong
mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu.
Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong
mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk limbah ayam bersihkan
bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.
Satu
hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai
telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka
memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar
ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.
4.
Pengelolaan Kualitas Air
Hal
penting lain dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam. Untuk
mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga.
Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di
dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen
sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk.
Apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian
bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat
tergantung pada kebiasaan pemberian pakan. Apabila dalam
pemberian pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering
dilakukan.
5. Pengendalian Hama Penyakit Ikan
Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama
predator seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama
yang menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan
memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar di
sekeliling kolam.
Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa,
bakteri dan virus. Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang
mematikan. Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan luka di
kepala dan ekor.
Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga
kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan
mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit
infeksi, ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning,
kekurangan vitamin dan lain-lain.
6. Pemanenan
Ikan lele bisa dipanen setelah mencapai ukuran 9-12 ekor
per kg. Ukuran sebesar itu bisa dicapai dalam tempo 2,5-3,5 bulan dari benih
berukuran 5-7 cm. Berbeda dengan konsumsi domestik, ikan lele untuk tujuan
ekspor biasanya mencapai ukuran 500 gram per ekor.
Satu hari (24 jam) sebelum panen, sebaiknya ikan lele tidak
diberi pakan agar tidak buang kotoran saat diangkut. Pada saat ikan lele
dipanen lakukan sortasi untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya.
Pemisahan ukuran berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi
berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.
Daftar Pustaka
Alamtani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar