Minggu, 20 Januari 2019

TEKNIK BUDIDAYA IKAN JELAWAT


Jaminan penyediaan benih dalam kualitas dan kuantitas yang memadai merupakan salah satu syarat yang dapat menentukan keberhasilan budidaya ikan. Banyak jenis dan ragam ikan yang mempunyai nilai ekonomis telah dikembangkan baik ditingkat pembenihan atau pembesaran.
          Menurut Schmittou (1991), lebih dari 20.000 species ikan yang diketahui di dunia, hanya sekitar 20 sampai 25 spesies ikan saja yang dibudidayakan secara komersial untuk makanan manusia. Boleh jadi masih terdapat ratusan atau bahkan ribuan species yang sangat potensial untuk dibudidayakan akan tetapi masih belum diketahui teknologinya. Di Asia Tenggara species yang sudah umum dibudidayakan adalah Ikan Mas (Cyprinus carpio), Grass carp (Ctenopharyngodon idellus), Ikan Nila (Tilapia niloticus), Ikan Mujair (Tilapia mossambicus), Gourami (Osphronemus gouramy), Ikan Lele (Clarias macrocephalus), Silver carp (Hypopthalmichthys molitrix) dan Bighead carp (Aristichthys nobilis).

MORFOLOGI

Dilihat dari segi morfologi bentuk tubuh ikan jelawat yang agak bulat dan memanjang, mencerminkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan
HABITAT
Habitat yang disukainya adalah anak-anak sungai yang berlubuk dan berhutan di bagian pinggirnya. Untuk anakannya banyak dijumpai di daerah genangan, dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Saat air menyusut, anakan ikan jelawat secara bergeromol beruaya ke arah bagian hulu dari sungai.
PAKAN DN KEBIASAAN MAKAN

Dalam lingkungan pemeliharaan yang terkontrol, ikan jelawat juga menyantap makanan buatan berbentuk pellet. Bahkan mau memakan singkong, daun singkong dan usus ayam.
          Dari bentuk mulut dapat diketahui ikan jelawat menyenangi makanan yang melayang. Cara makannya dengan menyambar meski terkadang gerakannya dalam mengambil makanan agak lambat. Namun demikian jenis ikan ini biasa pula mengambil makanan yang berada di dasar perairan (Anonim, 2007).

TINGKAT KEMATANGAN GONAD

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan menyangkut kondisi induk ikan jelawat agar dapat dipijahkan dengan baik yaitu kematangan gonad dari ikan yang siap dipijahkan, biasanya mulai berumur 2,5 tahun, kondisi ikan sehat tanpa ada luka atau cacat. Biasanya induk ikan sudah siap dipijahkan setelah 3-6 bulan dalam kondisi pemeliharaan secara terkontrol dan intensif (Kristanto, 1994).

PEMBENIHAN

Dalam melakukan pemilihan lokasi haruslah memperhatikan faktor-faktor teknis maupun nonteknis seperti sosial ekonomis. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerugian akibat salah penilaian saat melakukan pemilihan lokasi, misalnya debit air tidak mencukupi saat musim kemarau atau mengalami kebanjiran saat musim penghujan

PENYEDIAAN INDUK

Keberhasilan pengembangan budidaya ikan sangat ditentukan antara lain oleh pasok benih baik dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya. Sedangkan kualitas benih dipengaruhi oleh kualitas induk (faktor genetis) dan faktor lingkungan, seperti kualitas air, makanan, penyakit dan parasit.

PEMATANGAN GONAD

Untuk proses pematangan gonad pada ikan perlu diadakan pengelolaan induk.  Pengelolaan induk adalah pemeliharaan induk secara intensif agar menghasilkan benih sesuai dengan permintaan pasar. Pengelolaan induk di antara para petani sangat bervariasi, bergantung dari pengetahuan, pengalaman, dan sosial ekonomi mereka

SELEKSI INDUK

Tujuan dari seleksi induk adalah untuk mendapatkan induk yang mempunyai produktivitas tinggi dengan ciri morfologi yang dikehendaki dan dapat diturunkan. Produktivitas yang tinggi ini terutama dicirikan oleh sifat cepat tumbuh dan kelangsungan hidup yang tinggi pada lingkungan budidaya tertentu (kolam tradisional, kolam air deras, jaring terapung dan sebagainya dengan ciri lingkungan, khususnya kualitas air yang berbeda). Ada dua metode seleksi induk, yaitu seleksi masa dan seleksi family

PEMIJAHAN

Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan sebagai salah satu pacet dari reproduksi merupakan mata rantai siklus hidup yang menentukan       kelangsungan hidup species. Penambahan populasi ikan tergantung dari kondisi tempat telur dan larva ikan kelak akan berkembang. OIeh karena itu, pemijahan menuntut keamanan bagi kelangsungan hidup larva/benih ikan, tempat yang cocok, waktu yang tepat dan kondisi yang lebih menguntungkan.
          Pemijahan tiap species ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda, tergantung pada habitat dan pemijahan itu untuk melangsungkan prosesnya. Dalam keadaan normal ikan melangsungkan pemijahan minimum satu kali dalam satu siklus hidupnya.
          Di habitatnya di alam, ikan jelawat biasanya melakukan pemijahan pada musim penghujan, yaitu saat air naik dan menggenangi daerah sekitarnya. Dalam kondisi demikian, secara bergerombol ikan jelawat beruaya ke arah muara sungai. Di bagian muara sungai tersebut pemijahan terjadi biasanya pagi hari diiringi rintikan air hujan.
          Selama musim penghujan ikan jelawat mampu memijah 2-3 kali pemijahan. Telur ikan jelawat bersifat melayang. Telur yang dibuahi tersebut dibawa arus ke bagian hilir dan menetas dalam perjalanan tersebut. Telur yang menetas dan menjadi larva tersebut memasuki perairan atau daerah genangan yang berada disepanjang sungai tersebut.
          Pemijahan ikan jelawat dilakukan secara buatan (Induced Breeding). Pemijahan ikan dengan rangsangan hormon pada umumnya dilakukan terhadap jenis ikan yang tidak bisa memijah secara alami. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan tidak cukup untuk merangsang kerja hipothalamus dari ikan matang gonad untuk mengeluarkan luteneizing hormon releasing hormon (LHRH) yang akan merangsang kelenjar hifofisa untuk menghasilkan lebih banyak gonadotropin. Oleh karena itu pemijahan secara terkontrol membutuhkan penambahan hormon gonadotropin dari luar melalui penyuntikan.

PENETASAN TELUR


Telur ditetaskan di dalam akuarium yang telah disiapkan. Dalam penetasan telur, telur harus terus menerus melayang dan tidak menumpuk di dasar. Hal ini dapat dilakukan dengan sistem aerasi. Pada kondisi normal dan kualitas induk cukup baik, jumlah telur yang dikeluarkan berkisar 29.000-44.000 butir telur/kg induk.
Titik kritis perkembangan embrio 5-6 jam setelah ovulasi. Telur yang baik berwarna hijau cerah dan terlihat berbentuk topi sedangkan yang mati berwarna putih. Dalam kondisi normal tingkat pembuahan telur sekitar 80% dan tingkat penetasan sekitar 70%. Pada suhu normal 26-28 oC teur akan menetas dalam waktu 15-24 jam. Panen larva dapat dilakukan setelah berumur 1-2 hari untuk kemudian dipelihara di akuarium atau bak lainnya

Daftar Pustaka
Afrianto, E., dan Evi Liviawaty, 1994. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Angin, Karyawan Perangin. 2003. Benih Ikan Jambal Siam. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Anonim. 1998. Petunjuk Teknis Proyek Bantuan Penangkar Bibit Pertanian (Inpres Dati II). Departemen Pertanian Sekretariat Jendral. Jakarta.

1 komentar:

  1. Izin ya admin..:)
    Main dan Menangkan permainan bersama kami di ARENADOMINO 8 permainan poker online tanpa robot silahkan main dan buktikan sendiri jika kesulitan bisa
    dibantu dalam pendaftaran silahkan langsung bergabung untuk info lebih jelas WA +855 96 4967353

    BalasHapus